Pada tahun 1938, salah seorang pemuda warga kota Mei Yin di Propinsi Kwantung, Tiongkok, berangkat meninggalkan kota kelahirannya menuju kota Batavia, yang sekarang Jakarta Raya. Di dalam dadanya yang lapang itu, tersembunyi suatu tekad yang bulat dan mantap untuk merantau ke negeri orang dan tidak akan kembali lagi ke negeri kelahirannya sama halnya dengan tekad yang diputuskan oleh pemuda-pemuda lainnya yang berasal dari daerahnya.
Mula-mula di Kota Jakarta, hidupnya ditantang dengan berbagai persoalan, kesukaran dan kesulitan yang disebabkan oleh keadaan lingkungan, budaya, bahasa, kebiasaan dan adapt istiadat. Namun dengan modal kemauan yang keras dan ketabahan hati yang penuh dengan kesabaran, akhirnya semua rintangan itu mulai luluh satu persatu.
Kawan-kawan yang sudah lama menetap di Kota Jakarta mengenal dan tahu benar bahwa pemuda itu yang tak lain dan tak bukan bernama TJONG A SENG, sejak 7 tahun telah belajar kung fu pada beberapa orang Guru antara lain: Tjong Soe In dari Pat Kwa, Tan Ki Sie dari Kwantung, Liaw Ngok King dari Shantung, dan Liau Chung Lie dari Siaw Liem. Beberapa tahun kemudian kawan-kawannya mengajak TJONG A SENG bergabung dalam perkumpulan kung fu dibawah satu yayasan yang bergerak dalam bidang social dan olah raga, bernama: “ Yayasan Budidharma Jakarta”.
Dalam perkumpulan kung fu terdapat beberapa aliran kung fu diantaranya aliran Pat Kwa dan aliran Nan Pe. Sebagaimana aliran yang diajarkan oleh Guru-gurunya semasa berada di Tiongkok, maka TJONG A SENG bersama kawan-kawannya tetap mengadakan latihan kung fu yang beraliran Nan Pe, sedangkan perkumpulan itu pengawasannya dipegang oleh Yap Soen Hok.
Pada tahun 1950, TJONG A SENG berhasil meraih gelar Sinshe dalam hal keahlian pengobatan cara tusuk jarum (akupuntur), totok, dan ahli nujum. Kemudian Liaw Fak Yen dan Tjong A Chien diajar memainkan Barong Say dan akhirnya oleh perkumpulan Barong Say mengangkat Sinshe TJONG A SENG selaku Ketua sampai tahun 1959. Sekitar tahun 1960-an, Yayasan Budidharma Jakarta membubarkan diri.
Pada tahun 1972, Sinshe TJONG A SENG mengangkat beberapa orang murid untuk belajar kung fu, diantaranya sdr. John J. Pandey dan sdr. Usman Achmad bertempat di Jln. Kwini No. 6, Senen, Jakarta Pusat. Pada tanggal 17 April 1974, atas saran sdr. Tan Yin Siu, anak sulung Sinshe Tan Wei Sin bertempat di Jln. Salemba Raya 33A, Jakarta Pusat mengusulkan kepada sdr. John J. Pandey untuk mendirikan suatu perguruan kung fu secara terbuka untuk umum. Pembicaraan selanjutnya diadakan di rumah kediaman Sinshe Tan Wei Sin, dan Sinshe Tan Wei Sin sendiri menyarankan agar maksud itu dibicarakan langsung dengan Sinshe TJONG A SENG.
Pada tanggal 20 April 1974, atas restu Sinshe TJONG A SENG, dibukalah suatu perguruan kung fu yang belum mempunyai nama, sambil membuka pendaftaran pertama untuk umum, sementara itu dibuatlah surat permohonan kepada pihak Departemen Pertanian di Jln. Salemba Raya 16, Jakarta Pusat untuk mendapatkan fasilitas tempat latihan namun permohonan dan maksud tersebut ditolak.
Pada tanggal 21 April 1974, bertempat di Jln. Kwini No. 6, Senen, Jakarta Pusat disusunlah suatu badan kepengurusan sementara yang bersifat formalitas, yaitu selaku Guru adalah Sinshe TJONG A SENG sendiri, Ketua Perguruan adalah sdr. Usman Achmad, Penulis adalah sdr. John J. Pandey, sedangkan Bendahara adalah sdri. Caroline.
Pada tanggal 23 April 1974, bertempat di Jln. Salemba Raya 33A, Jakarta Pusat oleh Ketua Perguruan dan Penulis, dibicarakanlah suatu nama perguruan yang permanent dan diilhami oleh gambar naga yang ada pada sebuah Kipas milik Sinshe TJONG A SENG. Setelah tersusun nama perguruan maka diajukanlah kepada Sinshe TJONG A SENG. Setelah disetujui dan disahkan oleh Sinshe TJONG A SENG maka terciptalah nama perguruan yaitu: “Perguruan Seni Ilmu Beladiri Silat Kung Fu Naga Mas”.
Pada tanggal 24 April 1974, oleh Pataud Sospol Hankam Jln. Salemba Raya 14, Jakarta Pusat menyetujui dan memberikan fasilitas tempat latihan untuk dijadikan pusat latihan kung fu. Seperti yang diutarakan pada pendahuluan, maka dengan surat keputusan Ketua Umum No. Kep. 01/KFNM/V/75 tanggal 2 Mei 1975, nama perguruan disederhanakan dan menjadi: “Perguruan Kung Fu Naga Mas”.
SEJARAH PERGURUAN KUNG FU NAGA MAS
PENDAHULUAN
Mulanya perguruan ini bernama Persatuan Seni Ilmu Beladiri Silat Kung Fu Naga Mas yang selanjutnya sesuai perkembangan zaman serta penyempurnaan organisasi perguruan dan atas dasar consensus bersama dalam Rapat Kerja Pengurus, tanggal 2 Mei 1975 dikeluarkan surat keputusan No. Kep. 01/KFNM/V/75 tentang nama perguruan ini menjadi Perguruan Kung Fu Naga Mas.
Sejak berdirinya perguruan ini, kegiatannya adalah memberikan latihan kung fu kepada kelompok masyarakat/perorangan karyawan, pelajar/mahasiswa pria dan wanita.
Sebelum dikemukakannya sejarah Perguruan Kung Fu Naga Mas, terlebih dahulu disampaikan pengertian kung fu menurut sejarahnya.
SEJARAH KUNG FU
Kung Fu adalah suatu seni beladiri dengan teknik pertahanan diri dan penyerangan atas lawan yang unit dari negeri Tiongkok. Asal mula dan sejarah kung fu pada umumnya dapat ditelusuri yaitu beribu-ribu tahun yang lalu di negeri Tiongkok dipraktekkan secara rahasia yang selanjutnya meluas dan merata ke daerah-daerah Timur dalam bentuk dan jenis yang bermacam-macam gerak tekniknya. Catatan-catatan tertulis tentang perkembangannya boleh dikata sudah tidak ada. Namun demikian, teori-teori umumnya menyatakan bahwa para Pendeta Budha yang pertama-tama menggunakan teknik mematahkan serangan lawan tanpa senjata (alat), dengan maksud untuk membela diri terhadap serangan dan gangguan para penjahat apabila para Pendeta tersebut sedang menjalankan misi agamanya. Lagi pula tidak diketahui dengan pasti teknik mana yang pertama kali digunakan akan tetapi yang jelas kebiasaan yang berlaku adalah spesialisasi bagi suatu teknik tertentu.
Disuatu daerah misalnya mempunyai kecakapan khusus membanting, di daerah yang lain mempunyai spesialisasi teknik menendang, sedangkan di daerah yang lainnya memakai teknik khusus memukul dengan tangan. Hal-hal tersebut mengakibatkan terdapatnya bagian-bagian yang disebut aliran-aliran kung fu.
Ada suatu cerita tradisional (legenda) tentang Pendeta Budha yang bernama Dharma yang menurut cerita tersebut Pendeta Dharma berasal dari suku Brahmana di sebelah selatan India. Pada suatu ketika, Pendeta Dharma pergi ke daratan Tiongkok kira-kira tahun 500 AD dan akhirnya tiba di daerah Liang. Di Ibukota Ching-Kang, ia memberikan pelajaran dan latihan-latihan pembelaan diri disamping pelajaran agama. Penguasa kerajaan setempat berminat untuk belajar terutama pelajaran agama dan ingin menyebarkan ajaran-ajaran Budha keseluruh daerah taklukan.
Pendeta Dharma selanjutnya meninggalkan daerah Liang dan menyeberangi sungai Yangtze menuju bagian utara Tiongkok dan tiba di negeri Wei dan menyendiri serta membangun sebuah Kuil yang kemudian disebut Kuil Siaw Liem (Siaw Liem Sie) di Shung-shan, propinsi Howan. Ia berdiam diri menyendiri (bertapa) selama waktu sembilan tahun sambil melakukan zen (meditasi) dengan cara duduk di atas sebuah batu karang yang besar. Pada saat itulah Pendeta Dharma menemukan rahasia-rahasia jasmani. Ia mengutarakan kepada murid-muridnya antara lain “semangat dan jasmani harus bersatu”, dan hal ini menjadi dasar dari kung fu.
Demikianlah kung fu mulai dipraktekkan oleh biarawan dan Imam-imam Tao Kinisha-Siaw Liem di propinsi Howan yang merupakan jantung daratan Tiongkok. Dalam biara Siaw Liem, murid-murid digembleng dengan cara melatih kung fu dan mempelajari seninya tentang hubungan aspek-aspek mental dan fisik. Kung fu bagi mereka bukan hanya merupakan suatu pengetahuan teknik membela diri tetapi juga merupakan suatu filsafat hidup. Kung fu mengandung ide-ide bagaimana memberi perlawanan yang mencelakakan lawan, melekuk-lekuk secara mudah dan ringan, meloncat dengan segala cara serta mengambil manfaat/keuntungan dari kekeliruan pelajaran dalam bentuk kehidupan.
Berkat ketekunan para murid Siaw Liem, kemampuan dan kemantapan serta keahlian mendidik para Imam Tao maka dalam Kuil Siaw Liem telah terbentuk Pendekar-pendekar yang kuat dan berdisiplin dalam keahlian membela diri dengan cara kung fu.
Namun dalam tahun 575 AD tentara kekaisaran menyerbu dan menghancurkan Kuil Siaw Liem serta membunuh sebagian biarawan dan Imam dengan tuduhan terdapat indikasi memberontak dan melawan kaisar.
ALIRAN-ALIRAN KUNG FU
Sejak hancurnya Kuil Siaw Liem maka aliran-aliran kung fu berkembang menjadi 2 (dua) aliran, yaitu yang disebut:
- A l i r a n K e r a s
- A l i r a n L e m b u t
Aliran Keras:
Aliran ini banyak berkembang di dan ke daerah Tiongkok bagian utara dan Mongolia, dengan cirri-ciri gerakan antara lain: serangan yang selalu ofensif dan agresif, sedangkan andalan atau keampuhannya ialah gerak kaki (tendangan), loncatan yang panjang dan cepat. Sifat dari aliran ini berpusat pada kecepatan dan koordinasi gerakan dan kekuatan fisik. Aliran ini lebih banyak menggunakan dan mengandalkan tenaga luar atau kekuatan jasmani.
Aliran Lembut:
Aliran ini banyak berkembang di daerah Tiongkok bagian Selatan dengan ciri-ciri gerakan antara lain pukulan selalu ringan dan lambat. Sasaran pukulan yang tiba-tiba diarahkan selalu ke mata, kemaluan, ulu hati, dan bagian leher. Sedangkan yang menjadi andalan atau keampuhan gerakan adalah pukulan, menggaruk atau mencakar serta cekikan. Sifat dari aliran ini berpusat pada kelembutan, kesatuan antara “jiwa dan badan” dan kekuatan harus diserasikan dengan gerak napas. Aliran ini lebih banyak mengandalkan pada kekuatan “dalam” atau “batin”.
Dari kedua aliran ini, sesuai dengan perkembangannya telah banyak mengkombinasikan aliran-aliran ini yang akhirnya disebut “Aliran Nan Pe” atau disebut juga “ Aliran Utara Selatan”.
PERGURUAN KUNG FU NAGA MAS
Pada tahun 1938, salah seorang pemuda warga kota Mei Yin di Propinsi Kwantung, Tiongkok, berangkat meninggalkan kota kelahirannya menuju kota Batavia, yang sekarang Jakarta Raya. Di dalam dadanya yang lapang itu, tersembunyi suatu tekad yang bulat dan mantap untuk merantau ke negeri orang dan tidak akan kembali lagi ke negeri kelahirannya sama halnya dengan tekad yang diputuskan oleh pemuda-pemuda lainnya yang berasal dari daerahnya.
Mula-mula di Kota Jakarta, hidupnya ditantang dengan berbagai persoalan, kesukaran dan kesulitan yang disebabkan oleh keadaan lingkungan, budaya, bahasa, kebiasaan dan adapt istiadat. Namun dengan modal kemauan yang keras dan ketabahan hati yang penuh dengan kesabaran, akhirnya semua rintangan itu mulai luluh satu persatu.
Kawan-kawan yang sudah lama menetap di Kota Jakarta mengenal dan tahu benar bahwa pemuda itu yang tak lain dan tak bukan bernama TJONG A SENG, sejak 7 tahun telah belajar kung fu pada beberapa orang Guru antara lain: Tjong Soe In dari Pat Kwa, Tan Ki Sie dari Kwantung, Liaw Ngok King dari Shantung, dan Liau Chung Lie dari Siaw Liem. Beberapa tahun kemudian kawan-kawannya mengajak TJONG A SENG bergabung dalam perkumpulan kung fu dibawah satu yayasan yang bergerak dalam bidang social dan olah raga, bernama: “ Yayasan Budidharma Jakarta”.
Dalam perkumpulan kung fu terdapat beberapa aliran kung fu diantaranya aliran Pat Kwa dan aliran Nan Pe. Sebagaimana aliran yang diajarkan oleh Guru-gurunya semasa berada di Tiongkok, maka TJONG A SENG bersama kawan-kawannya tetap mengadakan latihan kung fu yang beraliran Nan Pe, sedangkan perkumpulan itu pengawasannya dipegang oleh Yap Soen Hok.
Pada tahun 1950, TJONG A SENG berhasil meraih gelar Sinshe dalam hal keahlian pengobatan cara tusuk jarum (akupuntur), totok, dan ahli nujum. Kemudian Liaw Fak Yen dan Tjong A Chien diajar memainkan Barong Say dan akhirnya oleh perkumpulan Barong Say mengangkat Sinshe TJONG A SENG selaku Ketua sampai tahun 1959. Sekitar tahun 1960-an, Yayasan Budidharma Jakarta membubarkan diri.
Pada tahun 1972, Sinshe TJONG A SENG mengangkat beberapa orang murid untuk belajar kung fu, diantaranya sdr. John J. Pandey dan sdr. Usman Achmad bertempat di Jln. Kwini No. 6, Senen, Jakarta Pusat. Pada tanggal 17 April 1974, atas saran sdr. Tan Yin Siu, anak sulung Sinshe Tan Wei Sin bertempat di Jln. Salemba Raya 33A, Jakarta Pusat mengusulkan kepada sdr. John J. Pandey untuk mendirikan suatu perguruan kung fu secara terbuka untuk umum. Pembicaraan selanjutnya diadakan di rumah kediaman Sinshe Tan Wei Sin, dan Sinshe Tan Wei Sin sendiri menyarankan agar maksud itu dibicarakan langsung dengan Sinshe TJONG A SENG.
Pada tanggal 20 April 1974, atas restu Sinshe TJONG A SENG, dibukalah suatu perguruan kung fu yang belum mempunyai nama, sambil membuka pendaftaran pertama untuk umum, sementara itu dibuatlah surat permohonan kepada pihak Departemen Pertanian di Jln. Salemba Raya 16, Jakarta Pusat untuk mendapatkan fasilitas tempat latihan namun permohonan dan maksud tersebut ditolak.
Pada tanggal 21 April 1974, bertempat di Jln. Kwini No. 6, Senen, Jakarta Pusat disusunlah suatu badan kepengurusan sementara yang bersifat formalitas, yaitu selaku Guru adalah Sinshe TJONG A SENG sendiri, Ketua Perguruan adalah sdr. Usman Achmad, Penulis adalah sdr. John J. Pandey, sedangkan Bendahara adalah sdri. Caroline.
Pada tanggal 23 April 1974, bertempat di Jln. Salemba Raya 33A, Jakarta Pusat oleh Ketua Perguruan dan Penulis, dibicarakanlah suatu nama perguruan yang permanent dan diilhami oleh gambar naga yang ada pada sebuah Kipas milik Sinshe TJONG A SENG. Setelah tersusun nama perguruan maka diajukanlah kepada Sinshe TJONG A SENG. Setelah disetujui dan disahkan oleh Sinshe TJONG A SENG maka terciptalah nama perguruan yaitu: “Perguruan Seni Ilmu Beladiri Silat Kung Fu Naga Mas”.
Pada tanggal 24 April 1974, oleh Pataud Sospol Hankam Jln. Salemba Raya 14, Jakarta Pusat menyetujui dan memberikan fasilitas tempat latihan untuk dijadikan pusat latihan kung fu.
Seperti yang diutarakan pada pendahuluan, maka dengan surat keputusan Ketua Umum No. Kep. 01/KFNM/V/75 tanggal 2 Mei 1975, nama perguruan disederhanakan dan menjadi: “Perguruan Kung Fu Naga Mas”.
Pada tanggal 6 September 1984 bertempat di Jln. Belakang Klinik No. 23 Bukitduri, Tebet, Jakarta Selatan diadakan Musyawarah Besar (Mubes) Luar Biasa dan dalam keputusan antara lain mengubah nama perguruan yang disesuaikan dengan anjuran pemerintah, menjadi: “Perguruan Silat Naga Mas”.
Selama bernaung dalam Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), sangatlah terasa perkembangan Perguruan ini tidak menunjukkan kemajuan tetapi semakin lama semakin menurun baik kwalitas maupun kwantitas sehingga jati diri Naga Mas jarang terlihat jelas. Sejarah telah mencatat pengalaman pahit selama di IPSI. Apalagi ketika turnamen-turnamen yang diselenggarakan oleh IPSI, atlit-atlit Naga Mas hanya menjadi tumbal belaka. Mengapa tidak, begitu banyak atlit yang selayaknya mendapat gelar juara tetapi dengan rekayasa dan sebagainya mengakibatkan atlit-atlit Naga Mas cukup berpredikat peserta saja tanpa juara.
Dengan mencermati pengalaman-pengalaman di IPSI tersebut, maka Perguruan Kung Fu Naga Mas bersama-sama dengan beberapa Perguruan Kung Fu lainnya di Jakarta yang bernasib sama, berusaha keluar dari kemelut yang ada. Bagi Perguruan Kung Fu Naga Mas, sikap yang diambil adalah:
1. Mengembalikan jatidiri yang sebenarnya dari Perguruan Kung Fu Naga Mas.
2. Berusaha keluar dari keanggotaannya di IPSI.
3. Berusaha mendirikan organisasi sebagai tempat bernaung bagi seluruh Perguruan Kung Fu yang tersebar di tanah air.
Dengan diambilnmya sikap tersebut di atas, maka sejak tahun 1990 terjadilah “masa transisi”.
Pada masa transisi tersebut, para pengurus Perguruan Kung Fu yang ada di Jakarta implicit Kung Fu Naga Mas mendirikan organisasi dengan nama “SEBUSI” (seni Beladiri Utara Selatan Indonesia). Meski masih dibawah taktis IPSI, dengan berdirinya SEBUSI ini, maka mulai terlihat tanda-tanda dimana Perguruan Kung Fu mulai memisahkan diri dari keanggotaan di IPSI karena pada saat itu juga ternyata telah berdiri organisasi Kung Fu se ASIA dengan nama: ASIA CHINESE KUOSHU (KUNG FU) FEDERATION dengan pusat di Taiwan. Betapa bangganya SEBUSI ketika mendapat undangan dari KOREA BRANCH OF INTERNATIONAL CHINESE KUOSHU FEDERATION untuk mengikuti turnamen kung fu internasional di Korea Selatan pada bulan Oktober 1990. Meskipun masih dalam himpitan tetapi dengan tekad untuk mengibarkan panji kung fu di Indonesia maka SEBUSI mengirimkan atlit-atlitnya ke Korea Selatan implicit atlit-atlit kung fu Naga Mas.
Masih dalam masa transisi, suatu dinamika terjadi dengan pengurus IPSI ketika berdiri PERWUNA (Persatuan Wushu Nasional) pada bulan Desember 1990 dan menggelar pertandingan kung fu di GOR Lokasari, Jakarta dan Perguruan Kung Fu Naga Mas keluar sebagai juara umum. Selanjutnya pada tanggal 25 Februari 1992 di Surabaya digelar kejuaraan dunia kung fu professional dan Perguruan Kung Fu Naga Mas keluar sebagai juara umum. Akhirnya masa transisi berakhir ketika tanggal 10 November 1992 secara resmi berdiri organisasi WUSHU INDONESIA (WI) dan menjadi salah satu cabang olahraga resmi yang dikelola oleh KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia). Selanjutnya dalam wadah Wushu Indonesia inilah seluruh perguruan kung fu di Indonesia bernaung termasuk Perguruan Kung Fu Naga Mas. Sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam organisasi Wushu Indonesia, Perguruan Kung Fu Naga Mas tetap terlibat aktif untuk mengibarkan panjinya dan akhirnya kemelut yang terjadi jauh sebelumnya sirna ditelan perkembangan zaman. Kini Perguruan Kung Fu Naga Mas senantiasa bersatu dengan kegiatan-kegiatan Wushu Indonesia baik di tingkat daerah, regional, nasional, dan dunia.
Demikianlah sejarah Perguruan Kung Fu Naga Mas, semoga tetap jaya. |
4 comments:
Sukses selalu naga mas
Sukses selalu naga mas
Nanang lu ga ngajar kungfu?
Post a Comment