http://blogdetik.com/avatar/blog-39664-128.pnghttp://a3.twimg.com/profile_images/1113220814/ifrc_normal.jpghttp://2.bp.blogspot.com/_Iv1n7MaLxkA/TSWSWtm4KEI/AAAAAAAAAFA/4dJwJp7b6xU/s1600/UNEP-logo.jpghttp://www.rnw.nl/data/files/images/lead/who_0.jpghttp://people.exeter.ac.uk/aebooth/dev_world_lect06/fao_image.gifhttp://www.logofoo.com/thumbs/1/UNHCR_ai.pnghttp://matanews.com/wp-content/uploads/ipcc.gif
Ganti Aja Backgroundnya

Tuesday, December 7, 2010

Perguruan Pencak Silat BEKSI H. Hasbullah

Perguruan Pencak Silat BEKSI H. Hasbullah












Lie Cheng Oek
Guru Besar Pertama Ilmu Seni Bela Diri BEKSI
Lie Cheng Oek adalah seorang warga keturunan China yang tinggal di Kampung Dadap, Tangerang, Banten. Beliaulah yang pertama kalinya membawa Seni Ilmu Bela Diri BEKSI dari Tiongkok/China yang beraliran Shaolin Utara ke negeri Indonesia. Beliau diakui bersama sebagai Guru Besar yang pertama di Indonesia tepatnya di wilayah Tangerang dan Jakarta yang daerahnya dihuni oleh komunitas masyarakat etnis Betawi.
Salah satu keturunan beliau yang hingga kini masih mengembangkan Ilmu Seni Bela Diri BEKSI adalah Lie Gie Tong yang merupakan salah satu keturunan dari Lie Tong San (Anak Kandung Lie Ceng Oek). Lie Ceng Oek sendiri mempunyai beerapa murid yang belajar melalui beliau langsung dan menyebarkan Ilmu Bela Diri BEKSI ini, diantaranya adalah:
  1. Ki Marhali,
  2. H. Ghozali
  3. H. Hasbullah.
Ketiga orang inilah yang diyakini dan diakui sebagai Pewaris Ilmu Bela Diri BEKSI yang diakui secara langsung oleh Lie Gie Tong (cucu dari Lie Ceng Oek) karena ketiga orang inilah yang pernah dan langsung belajar dari Lie Ceng Oek juga mempelajari, memiliki serta menyebarkan jurus sebagaimana aslinya yang di dapat dari Lie Ceng Oek.
Ki Marhali
Murid dari Lie Cheng Oek

Dikisahkan dari perselisihan yang terjadi antara Lie Ceng Oek dengan orang tua dari Ki Marhali mengenai perebutan aliran air yang mengaliri sawah di area pertanian yang mereka miliki. Perselisihan tersebut memicu hingga perkelahian diantara keduanya, dengan perjanjian jika salah satu diantara keduanya ada yang kalah, maka pihak yang kalah harus tunduk dan menimba Ilmu Bela Diri dari pihak yang menang.
Selanjutnya terjadilah perkelahian sengit antara Lie Ceng Oek dan orang tua Ki Marhali yang akhirnya perkelahian tersebut dimenangkan oleh pihak Lie Ceng Oek. Sebagaimana kesepakatan yang telah disetujui bersama, maka dengan demikian orang tua Ki Marhali harus tunduk dan menimba ilmu bela diri dari Lie Ceng Oek. Karena orang tua Ki Marhali sudah lanjut usia, maka sebagai gantinya ia mengirimkan Ki Marhali sebagai penggantinya untuk menimba ilmu bela diri dari Lie Ceng Oek. Hal tersebut disetujui oleh Lie Ceng Oek, maka diangkatlah Ki Marhali sebagai murid oleh Lie Ceng Oek menggantikan bapaknya yang lanjut usia.
Namun setelah berjalan waktu sekitar 6 bulan, Ki Marhali tidak pernah diajarkan satu jurus pun oleh Lie Ceng Oek, melainkan hanya disuruh mengambil air untuk mengairi area pertanian Lie Ceng Oek yang ditanami oleh kacang-kacangan dan lain-lain. Perihal tersebut disampaikan Ki Marhali kepada orangtuanya. Selanjutnya orang tua Ki Marhali menegur Lie Ceng Oek tentang hal tersebut. Lie Ceng Oek menjelaskan bahwasanya Ki Marhali dilatih demikian adalah bertujuan sebagai latihan fisik sebelum memasuki jurus. Setelah mendapat penjelasan tersebut orang tua Ki Marhali mengerti. Dan selang beberapa bulan kemudian Ki Marhali baru ditempa dan diajarkan jurus-jurus Ilmu Seni Bela Diri BEKSI hingga selesai keseluruhannya. Dengan demikian, Ki Marhali adalah Penerus Ilmu Seni Bela Diri BEKSI pertama yang berasal dari warga Betawi.
H. Ghozali
Murid dari Ki Marhali
H. Ghozali adalah seorang warga betawi yang tinggal di daerah petukangan, beliau adalah seorang pemain rebana dan juga seorang jagoan silat. Beliau sering mengembara kemana saja, hingga pada suatu waktu beliau singgah ke daerah Dadap, Tangerang. Disanalah beliau pertama kalinya melihat latihan Pencak Silat BEKSI yang dipimpin oleh Ki Marhali.
Kemudian H. Ghazali menemui Ki Marhali dengan tujuan mencoba ketangguhan Ilmu Seni Bela Diri BEKSI, seandainya ia kalah nantinya ia bersedia dengan sukarela untuk belajar Ilmu Seni Bela Diri BEKSI tersebut. Namun dalam perkelahian tersebut H. Ghazali dapat dikalahkan oleh Ki Marhali.
Dengan kekalahan tersebut, akhirnya H. Ghazali kembali ke Petukangan untuk memberitahukan kepada orang tuanya dan bermaksud meminta uang untuk mempelajari Ilmu Seni Bela Diri BEKSI. Namun karena tidak memiliki uang, maka H. Ghazali terpaksa harus menjual kuda kesayangannya untuk biaya beliau mempelajari Ilmu Seni Bela Diri BEKSI. Kemudian beliau bergegas kembali ke daerah Dadap dan menimba Ilmu Seni Bela Diri BEKSI dari Ki Marhali. Selain belajar dari Ki Marhali, beliau juga sempat belajar langsung dari Lie Ceng Oek guru dari Ki Marhali.Setelah sekian lama H. Ghazali mempelajari Ilmu Seni Bela Diri BEKSI, akhirnya beliau memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Petukangan dan berniat mengajarkan Ilmu Seni Bela Diri BEKSI di daerah asalnya. Pada masa kepemimpinan beliau, Ilmu Seni Bela Diri BEKSI berkembang cukup pesat hingga ke berbagai daerah, hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya murid-murid beliau yang berasal dari Jakarta hingga ke Rengas Dengklok dan Cabang Bungin (Karawang).
H. HasbullahGuru Besar PPS. BEKSI. H. Hasbullah

H. Hasbullah adalah warga asli Betawi yang tinggal di daerah Petukangan dan telah menguasai berbagai macam aliran silat. Beliau adalah murid dari H. Ghazali yang cukup cerdas dan sangat patuh kepada gurunya. Selain kepada H. Ghazali, beliau juga berguru langsung kepada Ki Marhali dan Lie Ceng Oek yang merupakan sesepuh dari Perguruan Pencak Silat BEKSI.
Setelah selesai menimba Ilmu Seni Bela Diri BEKSI dari guru dan para sesepuh Perguruan Pencak Silat BEKSI, beliau juga berkelana mengembangkan Ilmu Seni Bela Diri BEKSI hingga ke daerah Bekasi, Karawang, Batu Jaya, Rengas Dengklok dan Cabang Bungin. Setelah cukup lama beliau mengembara, akhirnya beliau memutuskan untuk kembali ke daerah asalnya di daerah Petukangan pada tahun 1928 dan terus mengembangkan Ilmu Seni Bela Diri BEKSI sampai akhir hayatnya. Beliau mengembangkan Ilmu Seni Bela Diri BEKSI selama ± 60 tahun. Beliau meninggal pada tanggal 14 November 1 pada usia 82 tahun. Beliaulah yang mendapat Gelar Guru Besar BEKSI yang terakhir yang diakui oleh Lie Gie Tong cucu dari Lie Ceng Oek pendiri Perguruan Pencak Silat BEKSI.
Generasi Penerus H. Hasbullah
H. Hasbullah mempunyai banyak sekali murid yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia yang terdiri dari berbagai macam latar budaya, agama dan suku bangsa. Para murid-murid beliau ini adalah mereka-mereka yang belajar dan menimba Ilmu Seni Bela Diri BEKSI langsung dari H. Hasbullah. Diantara murid-murid H. Hasbullah yang tersisa dan hingga kini masih terus aktif dan berpartisipasi dalam mengembangkan Ilmu Seni Bela Diri BEKSI adalah:
  • Bapak Sabenuh Masir
  • Bapak Nur Ali
  • Bapak Dasik
  • Bapak Fathoni
  • Bapak H. Abd. Rozak
  • Bapak Ir. Farid Bustomi
  • Bapak H. Basir, SE
  • Bapak Suyitno
  • Bapak Endang S. H
  • Bapak Saiful
  • Bapak Hamdi
Selanjutnya, ada beberapa murid-murid H. Hasbullah yang juga menimba Ilmu Seni Bela Diri BEKSI langsung dari H. Hasbullah yang masih loyal dan peduli akan perkembangan Perguruan Pencak Silat BEKSI, diantara sekian banyak murid-murid H. Hasbullah tersebut adalah:
  • Bapak Husni (Putra H. Hasbullah)
  • Ibu Rohayati (Putri H. Hasbullah)
  • Bapak Satirih
  • Bapak Sahabudin
  • Bapak Dwi Minulyo, SE
  • Bapak M. Napis
  • Bapak Khatib
  • Bapak Hadi Kelana
  • Bapak H. Syahabuddin, SH
  • Bapak Dadi, dll
  • Bapak Simin
  •  
Perguruan Pencak Silat BEKSI H. Hasbullah
Jl. Cileduk Raya No. 18A/4 Ruko ITC Cipulir Mas Lt. 02, Cipulir, Kebayoran Lama Jakarta Selatan. 12230, Indonesia
Anda Dapat menghubungi: H. Basir,SE:085284745230 Endang S.H: 02198665319, Agus Salim: 02192126160, Hamdi: 02195170311

http://silatbeksi.blogspot.com/

No comments:

klik in